Sunday, September 30, 2012

ANTARA DIAM DAN BERKATA-KATA



Bila memisahkan keduanya sebagai dua sikap sikap yangpatut dipertimbangkan, maka dalam bahagiannya, kedua sikap tersebut memilikimanfaat sekaligus kekurangannya. Memilih sikap daripada kedua pilihan tersebut,akansering kita perlukan dalam menjalani kehidupan seharian. Dan apa yangdiperlukan adalah untuk menjadikan kedua-dua sikap tersebut tidak sia-sia ataupunberlebih-lebihan?.
Sebagai contoh,berkata-kata dan kemampuan berbicara di depan khalayak umum menjadi keperluankerana kita memiliki peranan sebagai makhluk yang mempunyai kebiasaanberinteraksi antara sesama kita. Untuk kepentingan itu, berkata-kata adalahsebuah jalan yang harus diambil. Lalu bagaimana dengan diam?
Sama halnya, diammemiliki faedah dan syarat yang tersendiri. Yang penting adalah kita mengetahuiwaktu-waktu yang tepat tatkala kita berinteraksi dengan orang lain. Diam malahmampu menjadi kebiasaan efektif yang bila diterapkan akan membuatkan diri kitamenjadi lebih produktif. Yaitu dengan membiasakan lebih banyak diam danmendengar daripada berbicara.
Pada umumnya, orangyang banyak berbicara (berkata-kata) adalah orang yang lemah keperibadiannya. Ciri orang yang intelek menurut Islam yangdisebutkan Al-Qur’an adalah orang yang mendengarkan perkataan orang lain (alladziina yastami’unal qaul) danmengikuti apa yang baik daripada perkataan itu (fayattabiuna ahsanah). Ia adalah orang yang mahu mendengarkan dan menganalisis.
Pada umumnya juga,orang pandai yang suka mendengarkan orang lain akan disukai. Sebahagian besar manusialebih bersedia untuk didengarkan daripada mendengarkan. Ada orang yangmempunyai kebiasaan berbicara dahulu, barulah berfikir sehingga ketika tibasaatnya untuk berhenti berbicara, dia tidak tahu bagaimana caranya untukberhenti atau akan merasa sulit untuk berhenti. Kerana itu, diam menunjukkan kekuatan kepribadianseseorang. Kemampuan untuk mendengar adalah kekuatan keperibadian yang luarbiasa besarnya.
Bagaimana?
cara yang baik adalahseperti ini: Jika kita ingin berbicara, sebaiknya kita harus benar-benar yakinbahwa apa yang akan disampaikan adalah sesuatu yang sudah difikirkan. Kurangilah perkataan-perkataan yang munculsecara spontan. Biasakanlah diam atau merenung yakni berfikir, maka kitaakan menjadi produktif dalam hidup. Diam bukan dalam arti kita sama sekalitidak berbicara, melainkan diam dalam arti hanya berbicara jika ada keperluanuntuk itu.
Ada jalan lain jugayang telah ditunjukkan apabila kita merujuk kepada Al-Qur’an:
Qaulan sadiidan
“…Dan apabila sewaktu pembagian itu hadirbeberapa kerabat, anak-anak yatim dan orang miskin, maka berilah mereka dariharta itu (sekadarnya) dan ucapkanlah perkataan yang baik.” (QS. An-Nisa’: 8 )
Qaulam Baliighan
“…Mereka itu adalah orang-orang yang(sesungguhnya) Allah mengetahui apa yang ada di dalam hatinya. Kerana ituberpalinglah dari mereka, dan berilah mereka nasihat, dan katakanlah kepadamereka perkataan yang membekas pada jiwanya,” (QS. An-Nisa’:63)
Perkataan yang baikjuga disebut dengan Qaulam ma’rufadalam QS. Al-Baqarah: 263.
Al-Qur’an menunjukkanpilihan dalam berbicara yakni pembicaraanyang disertakan perkataan yang baik. Dan jalan mana lagi yang lebih baikjika dibandingkan dengan anjuran yang difirmankan olehNya?
Diam atau Berbicara? Bijaklah sendiri!


0 comments:

 

Kaki Masjid

Suka Masjid